Berdamai Dengan Diri Sendiri
Oleh Aryavamsa Frengky, MA.
Cara Praktis Menguatkan
Kualitas Hidup
KATA PENGANTAR
Terimakasih atas dukungan
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa yang membangkinkan hal-hal baik dan luhur
hingga tulisan ini tertulis. Terimakasih juga atas kebajikan para donatur yang
membantu dalam percetakan dalam jumlah yang banyak agar tulisan in bisa bermanfaat
untuk banyak orang. Terimakasih atas dukungan dari istri dan anakku yang
tercinta, orang tua yang berbahagia sehingga memberikan motivasi yang kuat
untuk terus menulis.
Buku saku ini adalah buku
saku ke-5 yang telah penulis karyakan untuk kebahagiaan bersama. Untuk tulisan
kali ini, penulis mengangkat sebuah tema lama namun sangat layak untuk
dipelajari di dunia yang modern saat ini. Berdamai dengan diri sendiri adalah
cara praktis yang dapat kita lakukan untuk menciptakan kehidupan yang lebih berkualitas
dan tentu bahagia. Segala hal adalah mungkin untuk terjadi, namun segala yang
terjadi adalah mungkin untuk dikenali, dan dikendalikan, inilah prinsip dari
berdamai dengan diri sendiri.
Akhir kata, selamat membaca.
Mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan. Semoga bermanfaat.
Aryavamsa Frengky, MA.
Suatu ketika di setiap langkah
kehidupan yang disadari atau tidak disadari dengan baik, kita senantiasa
melakukan pengulangan cara-cara hidup yang membuat kita sulit untuk keluar dari
lingkaran penderitaan. Hidup kita terasa tidak berdaya, terbuangkan, tidak
bermakna, sia-sia, penuh dengan rasa penyesalan dan putus asa. Kadang kala kita
terduduk dan hanya meratap serta mencari-cari kesalahan dan memunculkan
pemikiran sebuah kesedihan yang tak berkesudahan. Hari-hari menjadi berat,
tiada hal baik yang terlintas, upaya semua berkumpul menuju pelarian dari
masalah dan berkeinginan untuk mati sebagai akhir dari jawaban sebuah masalah
tersebut. Sebagian lagi mereka menjawab masalah ini dengan melakukan
ketidakbahagiaan lainnya di antaranya merusak kehidupan orang lain, menghentikan
aktivitas interaksi dengan orang lain dan membiarkan dirinya terluka dengan
obat-obatan atau minuman keras.
Inilah rangkaian kecil yang mungkin terjadi dalam kehidupan
kita yang terus terjadi jika kita tidak berdamai dengan diri kita sendiri.
Berdamai dengan diri kita sendiri itu berarti kita memunculkan dalam pemikiran
kita, ide, gagasan kita bahwa diri ini layak untuk dicintai, diajak berunding,
diberi kasih sayang dan dikuatkan dengan landasan bahwa kehidupan ini sangat
berharga untuk dilalui dengan kebahagiaan yang utuh.
Berdamai dengan diri sendiri dimulai dengan sebuah pemahaman
penting yang patut disadari terlebih dahulu, yaitu pemahaman bahwa hidup ini
dimulai dari diri sendiri, berproses dan diakhiri pun oleh diri sendiri. Diri
inilah yang memainkan peranan penting untuk segala capaian dalam hidup ini.
Singkat kata bahagia dan derita itu adalah akumulasi dari buah karya diri kita
sendiri. Pilihan jalan hidup, pembentuk kehidupan kita saat ini pun adalah
bagian dari karya diri kita sendiri. Pemahaman ini sangat mendasar untuk
memunculkan sebuah gagasan untuk berdamai dengan diri sendiri.
Di dalam langkah-langkah kehidupan yang kita jalani, ada saja
noda-noda kehidupan yang kita buat sendiri sehingga memberi warna kehidupan
yang kesannya adalah baik namun belakangan memberi dampak menghancurkan. Ajaran
Buddha menjelaskan ketiga noda tersebut yaitu keserakahan, kebencian dan
kemalasan mental. Noda ini muncul salah satunya disebabkan adanya pemahaman
kenikmatan sesaat yang dihidangkan oleh indera yang melekat di tubuh fisik
kita. Pemahaman kenikmatan atau persepsi kenikmatan yang hadir melalui indera
ini berkembang tanpa pernah kita sadari secara seksama, dan kelak memberikan
dampak yang dasyat untuk merusak jaring-jaring kehidupan kita.
Noda-noda penderitaan yang tidak tampak ini, jika tidak
disadari secara seksama, mereka bersarang layaknya sebuah sarang lebah yang
semakin lama semakin besar, dan siap meledak layaknya bom waktu. Perlahan-lahan
tapi pasti merupakan prinsip kerja dari noda ini. Tiada hal yang dapat menghentikan
kerja noda-noda ini selain anda yang mau melihatnya, mengamatinya, dan
mendeteksinya. Noda – noda ini adalah reaksi dari stimulus atau rangsangan yang
intensif yang diterima oleh pikiran dan panca indera kita. Perhatikanlah ketika
kita bekerja atau melakukan pekerjaan tertentu, lihatlah apakah anda
mengerjakannya dengan ceria atau dengan berat hati. Ketika anda mengerjakannya
dengan ceria, lihatlah apakah ini keceriaan karena bonus di baliknya atau
karena kebaikan di dalamnya. Begitu juga ketika anda bekerja dengan berat hati,
perhatikan apakah karena bonus di baliknya, tekanan atasan, pekerjaan yang
sulit, atau adanya pikiran tentang hal lain yang membebani. Semua alasan ini
anda yang tahu, dan andalah yang dapat memahaminya. Di saat anda mulai melihat
sebab dari reaksi anda, inilah awal yang baik untuk anda belajar berdamai
dengan diri anda sendiri.
Sebab yang anda sadari tentu adalah sebab yang anda munculkan
sendiri bukan sebab yang dimunculkan oleh orang lain atau lingkungan. Orang
lain dan lingkungan hanya sebagai faktor penunjang bukan pemicu, andalah yang
menjadi pemicu munculnya sebab atas reaksi yang anda buat. Perenungan hal ini
dapat kita praktekan perlahan-lahan dan kita biasakan sebelum reaksi yang
muncul memaksa kita untuk melakukan aksi berikutnya.
Di saat reaksi yang muncul tanpa didasari pemahaman sebab
yang melandasinya, dapat melahirkan akibat atau aksi yang memulai sebuah
penderitaan hadir. Sebagai contoh, ketika anda bereaksi tidak senang atas
sebuah pekerjaan, dan anda tidak menyadari sebabnya kemudian anda mulai beraksi
atas ketidaksenangan ini dengan melahirkan tindakan bekerja tanpa arah, tanpa
kualitas, tanpa cinta maka anda akan sulit mendapat promosi yang lebih baik
dalam pekerjaan, bahkan mungkin anda akan kehilangan pekerjaan, dan juga
mungkin anda akan mengalami krisis keuangan akibat pekerjaan anda yang tidak
optimal yang kemudian anda jatuh miskin, tak berdaya secara ekonomi dan
akhirnya anda menjadi distres, yang kemudian membuat anda menjadi sulit makan,
tidur tidak nyenyak, tidak nyaman berkehidupan. Inilah dari satu contoh betapa
dasyatnya aksi dari sebuah reaksi yang tidak kita kenal sebabnya.
Pahami sebab dari segala reaksi yang muncul dapat anda
lakukan dengan minimal menghentikan aksi dari reaksi tersebut. Di saat anda
marah, kesal, tidak senang, sedih, gundah, galau, bingung, cemas, takut, dan
reaksi lainnya, anda cukup mengenal emosi ini, dan tidak melakukan aksi apapun.
Anda cukup melampiaskan emosi ini dengan mengamati ketidaknyaman dari reaksi
ini di tubuh anda. Tubuh anda menjadi memanas, jantung anda menjadi berdetak
dengan keras, bau badan anda menjadi lebih tajam, tubuh anda bergetar, dan
lainnya. Ini adalah aksi alamiah tubuh ketika menerima emosi. Di saat anda
merasakan perubahan tubuh anda, sesungguhnya anda telah berupaya menghentikan
aksi atas reaksi emosi anda. Dengan demikian anda menghentikan lingkaran
penderitaan anda, dan anda segera terbebas dari penderitaan yang panjang dari
reaksi anda sendiri.
Setelah anda menghentikan aksi atas reaksi anda, anda semakin
dekat dengan jalan menuju pemahaman sebab dari reaksi anda. Perlahan-lahan tapi
pasti menjadi kunci sukses untuk menemukan sebab dari reaksi yang anda
munculkan. Semakin cepat anda merasakan aksi di tubuh anda atas reaksi emosi
anda, anda akan semakin dekat dengan penemuan sebab atas reaksi anda. Sebab
yang melatari reaksi hanya terdiri dari 3 hal yaitu menghindar, mencari, dan
menunda. Reaksi yang dihasilkan dari sebab menghindar di antaranya marah,
kesal, sedih,takut, dendam, dan traumatis. Kemudian reaksi yang dihasilkan dari
sebab mencari di antaranya adalah ketidakpuasan, minder, kesombongan,
kesenangan, tidak peduli/apatis, kikir, dan ambisius. Sedangkan untuk reaksi
dari sebab menunda di antaranya malas, putus asa, bingung, bimbang, gelisah,
galau, dan gundah.
Pengamatan atas reaksi yang muncul dengan mengamati aksi
tubuh memberikan efek terhadap perhentian sesaat atas laju dari sebuah reaksi.
Hal ini layaknya sebuah kereta cepat yang harus berhenti di setiap stasiun
manapun yang menjadi tempat singgahnya. Ketika sang kereta cepat ini berhenti
di sebuah stasiun, maka di saat itulah sang kereta menghentikan segala aktivitas
melajunya dan dapat menurunkan serta menaikan penumpang. Begitupula dengan
penghentian yang kita pelajari di sini,
tepat setelah anda melihat, merasakan, mengamati dan menyadari aksi tubuh atas
reaksi yang muncul, anda sedang menghentikan sang kereta cepat reaksi, dan
ketika anda menghentikanya anda dapat menurunkan penumpang atau hal-hal yang
tidak pantas untuk tidak melanjutkan perjalanan dan anda pun dapat menaikan
penumpang atau hal-hal yang pantas untuk ikut bersama anda menuju perjalanan yang
lebih jauh lagi.
Cara praktis di atas bukanlah praktis untuk dilakukan. Anda
perlu meluangkan waktu lebih untuk berlatih cara praktis di atas. Jika anda
tidak ada waktu untuk berlatihnya maka anda akan sulit menemukan jaring atau
jebakan hidup yang membuat anda menderita dan anda pun akan mudah menderita
selama anda tidak menemukannya. Berilah waktu untuk anda berlatih mengamati,
hidup ini sangat singkat dan perlu diingat pula bahwa hukum penderitaan itu
mengikuti hukum deret ukur yaitu kelipatan perpangkatan bukan penjumlahan. Ini
artinya ketika anda meloloskan satu reaksi menjadi aksi maka aksi tersebut akan
berkembang biak menjadi kelipatan aksi lainnya dan setiap aksi membuahkan
penderitaan sehingga aksi-aksi yang berkembang pun akan melahirkan lipatan
penderitaan yang tak kunjung padam. Sebagai contoh ketika anda bereaksi marah
lalu anda melahirkan aksi berucap ke orang sekitar anda, dan mereka pun tidak
menerima, kemudian anda dan orang sekitar anda ini menjadi tidak bahagia, yang
selanjutnya kalian tidak akur, jika kalian tinggal serumah kalian terus
menyulut kemarahan, yang akhirnya anda pun berpisah, selain itu anda difitnah
atau digosipkan oleh orang-orang tersebut dan reputasi anda pun rusak, selanjutnya anda semakin terpuruk dan anda
memilih untuk pindah kota sehingga anda melepask karir yang sudah ada dan
memulai dari nol lagi. Di kota yang baru anda menjadi sangat berat untuk
memulai mengingat usia dan kondisi yang berbeda, sehingga anda mungkin menjadi
merana, dan terus merana, alhasil anda pun tidak berdaya untuk hidup. Dan
selanjutnya anda lanjutkan sendiri ceritanya.
Beri anda waktu untuk berlatih mengenal aksi di tubuh sebelum
anda memilih aksi untuk bertindak baik melalui ucapan, perbuatan jasmani atau
pikiran. Saat ini anda membaca tulisan saya, lihatlah dan mulailah merasakan
aksi di tubuh anda, mulai dari perubahan cara anda duduk, suhu tubuh anda,
detak jantung anda, bentuk pikiran anda, dan hal lainnya yang terjadi di tubuh
anda. Ketika pengamatan aksi tubuh ini dilatih secara terus menerus, kita
membuat sebuah sensor yang mampu mendeteksi sebuah penderitaan atau
kebahagiaan. Sensor ini menjadi penting untuk memberikan alarm kehidupan kita
agar tidak lagi terjerat dalam penderitaan yang tak berkesudahan dan kegagalan
yang tak berujung. Bangkitkanlah kembali kerja sensor ini, dengan berlatih dan
berlatih.
Sensor yang kita ciptakan ini, berikutnya menjadi penting
untuk mengarahkan diri kita untuk berdamai dengan diri sendiri. Tanpa sensor
ini kita sulit menemukan jalan kedamaian untuk berdamai dengan diri kita
sendiri. Sensor ini dapat kita percepat penciptaannya dengan melatih diri kita
selalu mawas dengan aturan yang sederhana. Di dalam Buddhisme dikenal dengan
nama Sila. Sila adalah bagian aturan untuk membantu kita menjinakan diri kita.
Aturan tersebut di antaranya mencintai kehidupan diri sendiri dan orang lain,
menghargai hak milik orang lain, setia, berbicara yang tepat, benar dan sesuai
kondisi serta makan dan minum yang cukup sehingga menumbuhkan kewaspadaan.
Minimal 5 (lima) sila ini terus kita latih untuk mempercepat penciptaan sensor
kehidupan kita. Berlatih 5 sila dan berlatih mengamati aksi di tubuh menjadi
katalisator untuk menuju rute berdamai dengan diri sendiri.
Aksi tubuh yang kita amati adalah proses alami yang menjadi
akibat dari reaksi yang kita pilih. Di saat anda marah dan di saat anda gembira
tentu memiliki aksi tubuh yang berbeda. Sudah banyak penelitian yang
menerangkan dan menemukan bahwa reaksi positif akan memberikan dampat positif
di dalam tubuh dan reaksi negatif akan memberikan dampak negatif terhadap
tubuh. Sebagai contoh dampak dari marah yang memberikan efek penuaan dini, dan
dampak ceria akan menunda efek penuaan hal ini dikarenakan kerja otot yang
lebih komplek ketika marah muncul dibandingkan ketika ceria hadir. Pahamilah
bahwa tubuh ini adalah sebuah hardware dengan software yang canggih, tubuh ini
sangat jujur dalam memberi respon atas reaksi yang terjadi. Di dalam ilmu
psikologi saat ini sedang berkembang tentang pengamatan aksi tubuh khususnya
otak dalam merespon sebuah reaksi yang dikenal dengan neuropsychology.
Sensor dan sila yang terlatih membantu kita untuk dekat
dengan jalan menuju kedamaian diri. Anda akan berdamai dengan diri anda sendiri
ketika anda memahami tentang keberadaan diri yang bereaksi, kemudian reaksi
tersebut memunculkan aksi di dalam tubuh, dan ada diri yang mampu mengamatinya
dengan latihan sila dan pengamatan. Inilah rangkaian dasar yang mendasari semua
awal kebahagiaan anda dan juga penderitaan anda. Diri yang mengamati diri
sendiri adalah diri yang damai, diri yang dalam, dan diri yang dewasa. Perlahan
tapi pasti anda akan lebih tenang, lebih mawas ketika anda terus berlatih sila
dan menciptkan sensor diri anda. Ketenangan ini adalah sebuah akibat bukan
sebuah oleh-oleh. Artinya ketenangan dari sensor diri dan sila yang terlatih
merupakan buah dari benih sensor diri dan sila yang terlatih. Semua buah-buahan
di alam semesta ini diperoleh dari benih yang ditanam , dirawat, diberi makan,
dan dijaga agar tidak dirusak hama.
Buah ketenangan adalah jalan berdamai dengan diri sendiri.
Ketenangan mampu membuat diri anda memutuskan aksi yang tepat di segala kondisi
yang hadir dalam hidup anda. Aksi ini menjadi tepat bukan berarti menguntungkan
banyak orang tetapi yang terpenting adalah tidak merugikan anda. Aksi yang anda
lakukan adalah aksi yang telah melalui sensor, bukan aksi brutal yang tak tau
arah. Aksi yang anda bentuk adalah aksi karena anda pilih, anda tentukan, anda
pahami, anda dasari dengan pengertian, anda jalani dengan resiko yang anda
siapkan. Sebagai contoh lagi-lagi contoh ketika anda marah karena situasi macet
di jalan ketika anda berkendaraan pribadi. Di saat muncul kondisi macet, dan
anda ingin cepat sampai ke sebuah tempat, maka reaksi mental anda muncul marah,
tubuh anda beraksi dengan tekanan darah meningkat, denyut jantung berdetak
kencang, panas tubuh meningkat, dan bau badan menyengat. Kemudian anda melatih
sensor anda, dan anda melihat semua aksi tubuh ini dan kemudian merasakan
reaksi marah anda. Selanjutnya setelah sensor anda bekerja perlahan-lahan tapi
pasti muncullah ketenangan yang melahirkan buah pemikiran yang cukup bijak,
“Kemacetan ini bukanlah yang ku harapkan dan tidak dapat aku uraikan karena aku
menjadi salah satu sebab kemacetan. Coba kalau aku tidak berkendaraan maka
mungkin aku bisa berlari atau berjalan dan bisa terhindar macet, namun kalau
aku berjalan atau berlari aku tidak bisa lebih cepat dari berkendaraan. Semua
pilihan ada resiko. Sekarang aku pasti terlambat, untuk itu aku coba telepon ke
teman ku yang menunggu aku untuk mengabarkan keterlambatan ini, dan aku dapat
menikmati kemacetan ini dengan membaca buku ini atau mendengarkan musik atau
hal lain yang baik untuk kehidupan ku di saat macet.” Ini bagian kecil yang
akan muncul dalam buah ketenangan yang anda tuai. Sungguh menentramkan, sungguh
membuat hidup anda lebih baik.
Kalimat sakti yang senantiasa menjadi refleksi di negara kita
adalah segala musibah pasti ada untungnya, atau selalu melihat hikmah dalam
setiap kasus kehidupan kita. Ini adalah kalimat penting yang hanya dapat kita
lihat setelah kita berlatih membangkitkan sensor dan menguatkan sila. Tanpa itu
semua, kalimat sakti ini terkesan hanyalah layaknya kalimat asmara saat
sepasang manusia jatuh cinta, yang terkesan hanya kalimat penghibur. Temukanlah
hikmah atau untung dari setiap bagian hidup kita. Lihatlah bahwa semua bagian
dari hidup kita selalu ada bagian yang menguntungkan dan penuh hikmah.
Anda telah melewati hampir 2300 kata dan jika anda tidak
mendapat clue atau petunjuk yang baik dari tulisan ini anda bisa istirahat
sejenak, abaikan sejenak, dan mungkin anda perlu istirahat. Atau penyebab lain
karena anda mencari sesuatu dalam buku ini sehingga anda menciptakan sebuah
konsep persepsi mengenai yang anda cari, dan tentunya tidak sesuai yang anda
cari ini pun akan membuat anda sulit memahami tulisan ini.
Tulisan ini penulis buat sederhana, tidak banyak istilah atau
kaidah ilmiah yang level tinggi digunakan dalam tulisan ini, selain menyulitkan
juga karena penulis sendiri tidak pintar menggunakannya. Penulis hanya berupaya
menterjemahkan berdamai dengan diri sendiri dalam bentuk kalimat-kalimat praktis. Bahwa berdamai dengan diri sendiri
bukan berarti menerima diri apa adanya lalu pasrah dan siap digilas oleh
penderitaan atau dicambuk oleh orang-orang sekitar yang berkuasa, mayoritas
atau apapun yang berindikasi menindas. Berdamai dengan diri sendiri adalah buah
dari sebuah proses penyadaran atas segala reaksi diri atas rangsangan atau
stimulus yang kita peroleh dari indera pikiran dan panca indera kita, dengan
mengamati aksi yang ada di tubuh kita dan penguatan sila atau pengendalian
diri.
Membangkitkan sensor diri memang bukan pekerjaan yang mudah,
kadang kala kita kesulitan dalam mengamati aksi tubuh dikarenakan salah satu
sebab dominan adalah intensitas kesibukan kita yang luar biasa. Dahulu sebelum
teknologi berkembang pesat, dimana sebagian besar orang hanya menggunakan
angkutan umum seperti mobil, bus atau kereta untuk menuju satu kota ke kota
lain, kita cukup sabar menanti ketibaan kita bahkan hingga berpuluh-puluh jam.
Namun saat ini ketika teknologi berkembang, dan menyebabkan nilai jualnya
murah, membuat kita bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain menggunakan
pesawat terbang dengan kecepatan yang tinggi dan jelajah lebih jauh, kita lebih
mudah marah-marah jika sang pesawat delay/terlambat hanya beberapa jam. Waktu
menjadi lebih singkat di saat teknologi mempermudah kehidupan kita. Konsepsi
ini menjadi rentan jika kita tidak sadari dan tentunya akan membuat kita
menjadi tidak lagi menghargai waktu apa adanya, kita hanya ingin yang tercepat,
sangat cepat, paling cepat dan lupa untuk bersama waktu dengan kita. Untuk itu
sesibuk apapun anda, andalah yang dapat menyatakan waktu anda sebagai yang
penting untuk berlatih atau bukan dan pahamilah resikonya sebelum
memutuskannya.
Penulis teringat saat melakukan terapi dengan pendekatan
hypnosis terhadap klien yang pernah mendapat perlakukan yang tidak pantas oleh
kerabatnya. Sebelum bertemu, penulis mendapat cerita bahwa klien ini tampak
tidak bersemangat untuk hidup, seakan
ingin menghabiskan hidupnya dengan tidak wajar. Saat penulis bertemu klien,
tampak sekali kesesuaian cerita dengan penampakan fisik dan bahasa tubuh klien.
Wajah pucat pasih, air muka kemarahan, nafas yang keras dan pendek, dan fokus
mata yang melebar. Awal bertemu dengan klien ini, penulis belum pernah bertemu
dengan tipe klien yang cukup menantang ini. Penulis mencoba menenangkan diri
sebelum melakukan sesi terapi. Pada sesi terapi, tentu pendekatan yang
dilakukan penulis persis yang penulis tuliskan di atas, penulis mengajak klien
untuk menenangkan diri, dan kemudian baru mengajak klien untuk kembali
mengalami peristiwa yang tidak nyaman yang diderita klien. Ketika klien belum
tenang, maka tugas terapis untuk menenangkannya lebih, karena jika belum tenang
maka klien akan sulit menjadi pengamat dalam derita yang ia alami. Setelah
proses terapi yang cukup panjang kurang lebih 45 menit, klien akhirnya dapat
membuat keputusan untuk keluar dari masa lalunya dan memulai hidup baru yang
lebih bersemangat, lebih bertujuan dan tentu lebih bahagia.
Demikianlah pentingnya berdamai dengan diri sendiri. Anda
dapat hidup lebih baik, lebih berkualitas, dan tidak terseret oleh arus dunia
yang tidak bahagia. Berdamailah dengan diri anda sekarang sebelum terlambat.
Mulailah berlatih untuk mengaktifkan sensor diri anda, teruslah berlatih sila.
Semoga anda berbahagia, semoga kita berbahagia, semoga semuanya berbahagia.
Silakan untuk memberi kabar jika diperlukan ke +62 821 80 6969 39 atau email : frengky.goodwill@gmail.com
atau @fb: aryavamsa.frengky
No comments:
Post a Comment