Friday, June 15, 2018

Berdamai Dengan Diri Sendiri


Berdamai Dengan Diri Sendiri
Oleh Aryavamsa Frengky, MA.
Cara Praktis Menguatkan Kualitas Hidup





KATA PENGANTAR

Terimakasih atas dukungan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa yang membangkinkan hal-hal baik dan luhur hingga tulisan ini tertulis. Terimakasih juga atas kebajikan para donatur yang membantu dalam percetakan dalam jumlah yang banyak agar tulisan in bisa bermanfaat untuk banyak orang. Terimakasih atas dukungan dari istri dan anakku yang tercinta, orang tua yang berbahagia sehingga memberikan motivasi yang kuat untuk terus menulis.
Buku saku ini adalah buku saku ke-5 yang telah penulis karyakan untuk kebahagiaan bersama. Untuk tulisan kali ini, penulis mengangkat sebuah tema lama namun sangat layak untuk dipelajari di dunia yang modern saat ini. Berdamai dengan diri sendiri adalah cara praktis yang dapat kita lakukan untuk menciptakan kehidupan yang lebih berkualitas dan tentu bahagia. Segala hal adalah mungkin untuk terjadi, namun segala yang terjadi adalah mungkin untuk dikenali, dan dikendalikan, inilah prinsip dari berdamai dengan diri sendiri.
Akhir kata, selamat membaca. Mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan. Semoga bermanfaat.
Aryavamsa Frengky, MA.



Suatu ketika di setiap langkah kehidupan yang disadari atau tidak disadari dengan baik, kita senantiasa melakukan pengulangan cara-cara hidup yang membuat kita sulit untuk keluar dari lingkaran penderitaan. Hidup kita terasa tidak berdaya, terbuangkan, tidak bermakna, sia-sia, penuh dengan rasa penyesalan dan putus asa. Kadang kala kita terduduk dan hanya meratap serta mencari-cari kesalahan dan memunculkan pemikiran sebuah kesedihan yang tak berkesudahan. Hari-hari menjadi berat, tiada hal baik yang terlintas, upaya semua berkumpul menuju pelarian dari masalah dan berkeinginan untuk mati sebagai akhir dari jawaban sebuah masalah tersebut. Sebagian lagi mereka menjawab masalah ini dengan melakukan ketidakbahagiaan lainnya di antaranya merusak kehidupan orang lain, menghentikan aktivitas interaksi dengan orang lain dan membiarkan dirinya terluka dengan obat-obatan atau minuman keras.
Inilah rangkaian kecil yang mungkin terjadi dalam kehidupan kita yang terus terjadi jika kita tidak berdamai dengan diri kita sendiri. Berdamai dengan diri kita sendiri itu berarti kita memunculkan dalam pemikiran kita, ide, gagasan kita bahwa diri ini layak untuk dicintai, diajak berunding, diberi kasih sayang dan dikuatkan dengan landasan bahwa kehidupan ini sangat berharga untuk dilalui dengan kebahagiaan yang utuh.
Berdamai dengan diri sendiri dimulai dengan sebuah pemahaman penting yang patut disadari terlebih dahulu, yaitu pemahaman bahwa hidup ini dimulai dari diri sendiri, berproses dan diakhiri pun oleh diri sendiri. Diri inilah yang memainkan peranan penting untuk segala capaian dalam hidup ini. Singkat kata bahagia dan derita itu adalah akumulasi dari buah karya diri kita sendiri. Pilihan jalan hidup, pembentuk kehidupan kita saat ini pun adalah bagian dari karya diri kita sendiri. Pemahaman ini sangat mendasar untuk memunculkan sebuah gagasan untuk berdamai dengan diri sendiri.
Di dalam langkah-langkah kehidupan yang kita jalani, ada saja noda-noda kehidupan yang kita buat sendiri sehingga memberi warna kehidupan yang kesannya adalah baik namun belakangan memberi dampak menghancurkan. Ajaran Buddha menjelaskan ketiga noda tersebut yaitu keserakahan, kebencian dan kemalasan mental. Noda ini muncul salah satunya disebabkan adanya pemahaman kenikmatan sesaat yang dihidangkan oleh indera yang melekat di tubuh fisik kita. Pemahaman kenikmatan atau persepsi kenikmatan yang hadir melalui indera ini berkembang tanpa pernah kita sadari secara seksama, dan kelak memberikan dampak yang dasyat untuk merusak jaring-jaring kehidupan kita.
Noda-noda penderitaan yang tidak tampak ini, jika tidak disadari secara seksama, mereka bersarang layaknya sebuah sarang lebah yang semakin lama semakin besar, dan siap meledak layaknya bom waktu. Perlahan-lahan tapi pasti merupakan prinsip kerja dari noda ini. Tiada hal yang dapat menghentikan kerja noda-noda ini selain anda yang mau melihatnya, mengamatinya, dan mendeteksinya. Noda – noda ini adalah reaksi dari stimulus atau rangsangan yang intensif yang diterima oleh pikiran dan panca indera kita. Perhatikanlah ketika kita bekerja atau melakukan pekerjaan tertentu, lihatlah apakah anda mengerjakannya dengan ceria atau dengan berat hati. Ketika anda mengerjakannya dengan ceria, lihatlah apakah ini keceriaan karena bonus di baliknya atau karena kebaikan di dalamnya. Begitu juga ketika anda bekerja dengan berat hati, perhatikan apakah karena bonus di baliknya, tekanan atasan, pekerjaan yang sulit, atau adanya pikiran tentang hal lain yang membebani. Semua alasan ini anda yang tahu, dan andalah yang dapat memahaminya. Di saat anda mulai melihat sebab dari reaksi anda, inilah awal yang baik untuk anda belajar berdamai dengan diri anda sendiri.
Sebab yang anda sadari tentu adalah sebab yang anda munculkan sendiri bukan sebab yang dimunculkan oleh orang lain atau lingkungan. Orang lain dan lingkungan hanya sebagai faktor penunjang bukan pemicu, andalah yang menjadi pemicu munculnya sebab atas reaksi yang anda buat. Perenungan hal ini dapat kita praktekan perlahan-lahan dan kita biasakan sebelum reaksi yang muncul memaksa kita untuk melakukan aksi berikutnya.
Di saat reaksi yang muncul tanpa didasari pemahaman sebab yang melandasinya, dapat melahirkan akibat atau aksi yang memulai sebuah penderitaan hadir. Sebagai contoh, ketika anda bereaksi tidak senang atas sebuah pekerjaan, dan anda tidak menyadari sebabnya kemudian anda mulai beraksi atas ketidaksenangan ini dengan melahirkan tindakan bekerja tanpa arah, tanpa kualitas, tanpa cinta maka anda akan sulit mendapat promosi yang lebih baik dalam pekerjaan, bahkan mungkin anda akan kehilangan pekerjaan, dan juga mungkin anda akan mengalami krisis keuangan akibat pekerjaan anda yang tidak optimal yang kemudian anda jatuh miskin, tak berdaya secara ekonomi dan akhirnya anda menjadi distres, yang kemudian membuat anda menjadi sulit makan, tidur tidak nyenyak, tidak nyaman berkehidupan. Inilah dari satu contoh betapa dasyatnya aksi dari sebuah reaksi yang tidak kita kenal sebabnya.
Pahami sebab dari segala reaksi yang muncul dapat anda lakukan dengan minimal menghentikan aksi dari reaksi tersebut. Di saat anda marah, kesal, tidak senang, sedih, gundah, galau, bingung, cemas, takut, dan reaksi lainnya, anda cukup mengenal emosi ini, dan tidak melakukan aksi apapun. Anda cukup melampiaskan emosi ini dengan mengamati ketidaknyaman dari reaksi ini di tubuh anda. Tubuh anda menjadi memanas, jantung anda menjadi berdetak dengan keras, bau badan anda menjadi lebih tajam, tubuh anda bergetar, dan lainnya. Ini adalah aksi alamiah tubuh ketika menerima emosi. Di saat anda merasakan perubahan tubuh anda, sesungguhnya anda telah berupaya menghentikan aksi atas reaksi emosi anda. Dengan demikian anda menghentikan lingkaran penderitaan anda, dan anda segera terbebas dari penderitaan yang panjang dari reaksi anda sendiri.
Setelah anda menghentikan aksi atas reaksi anda, anda semakin dekat dengan jalan menuju pemahaman sebab dari reaksi anda. Perlahan-lahan tapi pasti menjadi kunci sukses untuk menemukan sebab dari reaksi yang anda munculkan. Semakin cepat anda merasakan aksi di tubuh anda atas reaksi emosi anda, anda akan semakin dekat dengan penemuan sebab atas reaksi anda. Sebab yang melatari reaksi hanya terdiri dari 3 hal yaitu menghindar, mencari, dan menunda. Reaksi yang dihasilkan dari sebab menghindar di antaranya marah, kesal, sedih,takut, dendam, dan traumatis. Kemudian reaksi yang dihasilkan dari sebab mencari di antaranya adalah ketidakpuasan, minder, kesombongan, kesenangan, tidak peduli/apatis, kikir, dan ambisius. Sedangkan untuk reaksi dari sebab menunda di antaranya malas, putus asa, bingung, bimbang, gelisah, galau, dan gundah.
Pengamatan atas reaksi yang muncul dengan mengamati aksi tubuh memberikan efek terhadap perhentian sesaat atas laju dari sebuah reaksi. Hal ini layaknya sebuah kereta cepat yang harus berhenti di setiap stasiun manapun yang menjadi tempat singgahnya. Ketika sang kereta cepat ini berhenti di sebuah stasiun, maka di saat itulah sang kereta menghentikan segala aktivitas melajunya dan dapat menurunkan serta menaikan penumpang. Begitupula dengan penghentian yang  kita pelajari di sini, tepat setelah anda melihat, merasakan, mengamati dan menyadari aksi tubuh atas reaksi yang muncul, anda sedang menghentikan sang kereta cepat reaksi, dan ketika anda menghentikanya anda dapat menurunkan penumpang atau hal-hal yang tidak pantas untuk tidak melanjutkan perjalanan dan anda pun dapat menaikan penumpang atau hal-hal yang pantas untuk ikut bersama anda menuju perjalanan yang lebih jauh lagi.
Cara praktis di atas bukanlah praktis untuk dilakukan. Anda perlu meluangkan waktu lebih untuk berlatih cara praktis di atas. Jika anda tidak ada waktu untuk berlatihnya maka anda akan sulit menemukan jaring atau jebakan hidup yang membuat anda menderita dan anda pun akan mudah menderita selama anda tidak menemukannya. Berilah waktu untuk anda berlatih mengamati, hidup ini sangat singkat dan perlu diingat pula bahwa hukum penderitaan itu mengikuti hukum deret ukur yaitu kelipatan perpangkatan bukan penjumlahan. Ini artinya ketika anda meloloskan satu reaksi menjadi aksi maka aksi tersebut akan berkembang biak menjadi kelipatan aksi lainnya dan setiap aksi membuahkan penderitaan sehingga aksi-aksi yang berkembang pun akan melahirkan lipatan penderitaan yang tak kunjung padam. Sebagai contoh ketika anda bereaksi marah lalu anda melahirkan aksi berucap ke orang sekitar anda, dan mereka pun tidak menerima, kemudian anda dan orang sekitar anda ini menjadi tidak bahagia, yang selanjutnya kalian tidak akur, jika kalian tinggal serumah kalian terus menyulut kemarahan, yang akhirnya anda pun berpisah, selain itu anda difitnah atau digosipkan oleh orang-orang tersebut dan reputasi anda pun rusak,  selanjutnya anda semakin terpuruk dan anda memilih untuk pindah kota sehingga anda melepask karir yang sudah ada dan memulai dari nol lagi. Di kota yang baru anda menjadi sangat berat untuk memulai mengingat usia dan kondisi yang berbeda, sehingga anda mungkin menjadi merana, dan terus merana, alhasil anda pun tidak berdaya untuk hidup. Dan selanjutnya anda lanjutkan sendiri ceritanya.
Beri anda waktu untuk berlatih mengenal aksi di tubuh sebelum anda memilih aksi untuk bertindak baik melalui ucapan, perbuatan jasmani atau pikiran. Saat ini anda membaca tulisan saya, lihatlah dan mulailah merasakan aksi di tubuh anda, mulai dari perubahan cara anda duduk, suhu tubuh anda, detak jantung anda, bentuk pikiran anda, dan hal lainnya yang terjadi di tubuh anda. Ketika pengamatan aksi tubuh ini dilatih secara terus menerus, kita membuat sebuah sensor yang mampu mendeteksi sebuah penderitaan atau kebahagiaan. Sensor ini menjadi penting untuk memberikan alarm kehidupan kita agar tidak lagi terjerat dalam penderitaan yang tak berkesudahan dan kegagalan yang tak berujung. Bangkitkanlah kembali kerja sensor ini, dengan berlatih dan berlatih.
Sensor yang kita ciptakan ini, berikutnya menjadi penting untuk mengarahkan diri kita untuk berdamai dengan diri sendiri. Tanpa sensor ini kita sulit menemukan jalan kedamaian untuk berdamai dengan diri kita sendiri. Sensor ini dapat kita percepat penciptaannya dengan melatih diri kita selalu mawas dengan aturan yang sederhana. Di dalam Buddhisme dikenal dengan nama Sila. Sila adalah bagian aturan untuk membantu kita menjinakan diri kita. Aturan tersebut di antaranya mencintai kehidupan diri sendiri dan orang lain, menghargai hak milik orang lain, setia, berbicara yang tepat, benar dan sesuai kondisi serta makan dan minum yang cukup sehingga menumbuhkan kewaspadaan. Minimal 5 (lima) sila ini terus kita latih untuk mempercepat penciptaan sensor kehidupan kita. Berlatih 5 sila dan berlatih mengamati aksi di tubuh menjadi katalisator untuk menuju rute berdamai dengan diri sendiri.  
Aksi tubuh yang kita amati adalah proses alami yang menjadi akibat dari reaksi yang kita pilih. Di saat anda marah dan di saat anda gembira tentu memiliki aksi tubuh yang berbeda. Sudah banyak penelitian yang menerangkan dan menemukan bahwa reaksi positif akan memberikan dampat positif di dalam tubuh dan reaksi negatif akan memberikan dampak negatif terhadap tubuh. Sebagai contoh dampak dari marah yang memberikan efek penuaan dini, dan dampak ceria akan menunda efek penuaan hal ini dikarenakan kerja otot yang lebih komplek ketika marah muncul dibandingkan ketika ceria hadir. Pahamilah bahwa tubuh ini adalah sebuah hardware dengan software yang canggih, tubuh ini sangat jujur dalam memberi respon atas reaksi yang terjadi. Di dalam ilmu psikologi saat ini sedang berkembang tentang pengamatan aksi tubuh khususnya otak dalam merespon sebuah reaksi yang dikenal dengan neuropsychology.
Sensor dan sila yang terlatih membantu kita untuk dekat dengan jalan menuju kedamaian diri. Anda akan berdamai dengan diri anda sendiri ketika anda memahami tentang keberadaan diri yang bereaksi, kemudian reaksi tersebut memunculkan aksi di dalam tubuh, dan ada diri yang mampu mengamatinya dengan latihan sila dan pengamatan. Inilah rangkaian dasar yang mendasari semua awal kebahagiaan anda dan juga penderitaan anda. Diri yang mengamati diri sendiri adalah diri yang damai, diri yang dalam, dan diri yang dewasa. Perlahan tapi pasti anda akan lebih tenang, lebih mawas ketika anda terus berlatih sila dan menciptkan sensor diri anda. Ketenangan ini adalah sebuah akibat bukan sebuah oleh-oleh. Artinya ketenangan dari sensor diri dan sila yang terlatih merupakan buah dari benih sensor diri dan sila yang terlatih. Semua buah-buahan di alam semesta ini diperoleh dari benih yang ditanam , dirawat, diberi makan, dan dijaga agar tidak dirusak hama.
Buah ketenangan adalah jalan berdamai dengan diri sendiri. Ketenangan mampu membuat diri anda memutuskan aksi yang tepat di segala kondisi yang hadir dalam hidup anda. Aksi ini menjadi tepat bukan berarti menguntungkan banyak orang tetapi yang terpenting adalah tidak merugikan anda. Aksi yang anda lakukan adalah aksi yang telah melalui sensor, bukan aksi brutal yang tak tau arah. Aksi yang anda bentuk adalah aksi karena anda pilih, anda tentukan, anda pahami, anda dasari dengan pengertian, anda jalani dengan resiko yang anda siapkan. Sebagai contoh lagi-lagi contoh ketika anda marah karena situasi macet di jalan ketika anda berkendaraan pribadi. Di saat muncul kondisi macet, dan anda ingin cepat sampai ke sebuah tempat, maka reaksi mental anda muncul marah, tubuh anda beraksi dengan tekanan darah meningkat, denyut jantung berdetak kencang, panas tubuh meningkat, dan bau badan menyengat. Kemudian anda melatih sensor anda, dan anda melihat semua aksi tubuh ini dan kemudian merasakan reaksi marah anda. Selanjutnya setelah sensor anda bekerja perlahan-lahan tapi pasti muncullah ketenangan yang melahirkan buah pemikiran yang cukup bijak, “Kemacetan ini bukanlah yang ku harapkan dan tidak dapat aku uraikan karena aku menjadi salah satu sebab kemacetan. Coba kalau aku tidak berkendaraan maka mungkin aku bisa berlari atau berjalan dan bisa terhindar macet, namun kalau aku berjalan atau berlari aku tidak bisa lebih cepat dari berkendaraan. Semua pilihan ada resiko. Sekarang aku pasti terlambat, untuk itu aku coba telepon ke teman ku yang menunggu aku untuk mengabarkan keterlambatan ini, dan aku dapat menikmati kemacetan ini dengan membaca buku ini atau mendengarkan musik atau hal lain yang baik untuk kehidupan ku di saat macet.” Ini bagian kecil yang akan muncul dalam buah ketenangan yang anda tuai. Sungguh menentramkan, sungguh membuat hidup anda lebih baik.
Kalimat sakti yang senantiasa menjadi refleksi di negara kita adalah segala musibah pasti ada untungnya, atau selalu melihat hikmah dalam setiap kasus kehidupan kita. Ini adalah kalimat penting yang hanya dapat kita lihat setelah kita berlatih membangkitkan sensor dan menguatkan sila. Tanpa itu semua, kalimat sakti ini terkesan hanyalah layaknya kalimat asmara saat sepasang manusia jatuh cinta, yang terkesan hanya kalimat penghibur. Temukanlah hikmah atau untung dari setiap bagian hidup kita. Lihatlah bahwa semua bagian dari hidup kita selalu ada bagian yang menguntungkan dan penuh hikmah.
Anda telah melewati hampir 2300 kata dan jika anda tidak mendapat clue atau petunjuk yang baik dari tulisan ini anda bisa istirahat sejenak, abaikan sejenak, dan mungkin anda perlu istirahat. Atau penyebab lain karena anda mencari sesuatu dalam buku ini sehingga anda menciptakan sebuah konsep persepsi mengenai yang anda cari, dan tentunya tidak sesuai yang anda cari ini pun akan membuat anda sulit memahami tulisan ini.
Tulisan ini penulis buat sederhana, tidak banyak istilah atau kaidah ilmiah yang level tinggi digunakan dalam tulisan ini, selain menyulitkan juga karena penulis sendiri tidak pintar menggunakannya. Penulis hanya berupaya menterjemahkan berdamai dengan diri sendiri dalam bentuk kalimat-kalimat  praktis. Bahwa berdamai dengan diri sendiri bukan berarti menerima diri apa adanya lalu pasrah dan siap digilas oleh penderitaan atau dicambuk oleh orang-orang sekitar yang berkuasa, mayoritas atau apapun yang berindikasi menindas. Berdamai dengan diri sendiri adalah buah dari sebuah proses penyadaran atas segala reaksi diri atas rangsangan atau stimulus yang kita peroleh dari indera pikiran dan panca indera kita, dengan mengamati aksi yang ada di tubuh kita dan penguatan sila atau pengendalian diri. 
Membangkitkan sensor diri memang bukan pekerjaan yang mudah, kadang kala kita kesulitan dalam mengamati aksi tubuh dikarenakan salah satu sebab dominan adalah intensitas kesibukan kita yang luar biasa. Dahulu sebelum teknologi berkembang pesat, dimana sebagian besar orang hanya menggunakan angkutan umum seperti mobil, bus atau kereta untuk menuju satu kota ke kota lain, kita cukup sabar menanti ketibaan kita bahkan hingga berpuluh-puluh jam. Namun saat ini ketika teknologi berkembang, dan menyebabkan nilai jualnya murah, membuat kita bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain menggunakan pesawat terbang dengan kecepatan yang tinggi dan jelajah lebih jauh, kita lebih mudah marah-marah jika sang pesawat delay/terlambat hanya beberapa jam. Waktu menjadi lebih singkat di saat teknologi mempermudah kehidupan kita. Konsepsi ini menjadi rentan jika kita tidak sadari dan tentunya akan membuat kita menjadi tidak lagi menghargai waktu apa adanya, kita hanya ingin yang tercepat, sangat cepat, paling cepat dan lupa untuk bersama waktu dengan kita. Untuk itu sesibuk apapun anda, andalah yang dapat menyatakan waktu anda sebagai yang penting untuk berlatih atau bukan dan pahamilah resikonya sebelum memutuskannya.
Penulis teringat saat melakukan terapi dengan pendekatan hypnosis terhadap klien yang pernah mendapat perlakukan yang tidak pantas oleh kerabatnya. Sebelum bertemu, penulis mendapat cerita bahwa klien ini tampak tidak bersemangat  untuk hidup, seakan ingin menghabiskan hidupnya dengan tidak wajar. Saat penulis bertemu klien, tampak sekali kesesuaian cerita dengan penampakan fisik dan bahasa tubuh klien. Wajah pucat pasih, air muka kemarahan, nafas yang keras dan pendek, dan fokus mata yang melebar. Awal bertemu dengan klien ini, penulis belum pernah bertemu dengan tipe klien yang cukup menantang ini. Penulis mencoba menenangkan diri sebelum melakukan sesi terapi. Pada sesi terapi, tentu pendekatan yang dilakukan penulis persis yang penulis tuliskan di atas, penulis mengajak klien untuk menenangkan diri, dan kemudian baru mengajak klien untuk kembali mengalami peristiwa yang tidak nyaman yang diderita klien. Ketika klien belum tenang, maka tugas terapis untuk menenangkannya lebih, karena jika belum tenang maka klien akan sulit menjadi pengamat dalam derita yang ia alami. Setelah proses terapi yang cukup panjang kurang lebih 45 menit, klien akhirnya dapat membuat keputusan untuk keluar dari masa lalunya dan memulai hidup baru yang lebih bersemangat, lebih bertujuan dan tentu lebih bahagia.
Demikianlah pentingnya berdamai dengan diri sendiri. Anda dapat hidup lebih baik, lebih berkualitas, dan tidak terseret oleh arus dunia yang tidak bahagia. Berdamailah dengan diri anda sekarang sebelum terlambat. Mulailah berlatih untuk mengaktifkan sensor diri anda, teruslah berlatih sila. Semoga anda berbahagia, semoga kita berbahagia, semoga semuanya berbahagia. Silakan untuk memberi kabar jika diperlukan ke +62 821 80 6969 39 atau email : frengky.goodwill@gmail.com  atau @fb: aryavamsa.frengky



No comments:

Post a Comment

Sederhana Itu Indah

Sederhana Itu Indah Oleh Aryavamsa Frengky, M.A. Bebaskan keruwetan anda dengan hidup sederhana Sederhana Itu Indah O...